Setelah
itu kepalaku menjadi sangat pusing, sampai tiba-tiba Aira menepuk bahuku. “Ris,
lu gapapa kan? Kok jadi pucet gitu?”. Tanpa ingin membuat Aira khawatir, aku
bilang kalau tidak apa-apa, “Cuma pusing dikit kok ra, ayo ke ruang tengah raa…”
kataku sambil berjalan dengan sok semangat.
“Lama
banget nih yang ngambil makanan, mentang-mentang berduaan” Jhony meledek kami
berdua sesampainya diruang tengah. “Yee.. banyak ni jhon, lu mah duduk doang
enak” kata Aira membalas ledekannya, Jhony hanya cengar-cengir saja. “Ayo dims,
mulai lah bagiin kartunya, Ziva udah ngga sabar main tuh” saut Sasha sambil
menyenggol Ziva. “Dih, kok jadi ke gua sha,” mendengar itu kami pun tertawa
sambil Dimas mengocok kartunya dan akan membagikannya.
“Ayo
pada merapat dong, buat lingkaran. Kita main nih” Dimas mengajak kami untuk
merapat membuat lingkaran kecil, dengan cemilan dan snack berada di tengah
kami. Permainan berlangsung sangat menyengangkan, kami semua saling menuduh dan
tertawa lepas bersama-sama. Apalagi Jhony yang selalu menjadi incaran aku dan
Ervin. Dhimas pun mulai kembali membagikan kartu, lalu berkata “Malam telah
tiba, semua warga tidur dengan nyenyak pada malam hari, namun untuk werewolf
silakan membuka mata dan tunjuk siapa yg akan di gigit.”. Aku yg berperan
sebagai warga biasa tetap menutup mataku, namun tiba-tiba perasaan aneh itu
muncul kembali. Aku tiba-tiba membayangkan Aira yang tersenyum dengan manisnya.
Awalnya aku fine-fine saja dengan
perasaan itu, namun lama-kelamaan senyuman Aira berubah menjadi tatapan kosong,
ternyata.. ada lagi yang tersenyum dibelakang Aira. Ku kira itu Jhony karna
mukanya yang agak blur, tapi setelah
diteliti lagi, itu adalah pria di kaca yang tadi aku liat. Aku pun mencoba fokus
ke pria itu untuk melihat muka nya dan tiba-tiba……… ‘plakk’ Jhony menampar
mukaku. “Rish bangun oy, malah tidur beneran,” kata Jhony. “Eh, udah pagi lagi
ya hehe maaf ngga denger tadi” aku mencoba ngeles
sedikit. Lalu Dhimas pun bilang “Pagi telah tiba, dan ditemukan mayat di
pinggir sumur yang ternyata itu adalah…. Parrishh” “Yaaa, mati lu rish hahaha”
mereka semua sepertinya bahagia sekali kalau aku yang ditemukan mati. Lalu aku
menunjukan kartu ku yang ternyata hanyalah civillian
saja. “Mumpung gua udah mati, gua ke
kamar mandi dulu yak haha” kataku agak kebelet. “iya rish, tiati yak” saut
Nisa.
Setelah
selesai, aku cuci muka sebentar sambil memikirkan apa yang terjadi, apa ini ada
hubungannya dengan mimpi aneh kemarin. But,
it’s just a silly dream, itu kan cuma mimpi atau bunga tidur yang akan
hilang setelah kita bangun. Atau jangan-jangan apartemen ini udah ada penghuni
ghoib nya. Entahlah.. kalaupun ada penghuni ghoib, seharusnya kita bisa menjadi
teman sekamar yang baik. Aku malah jadi pusing memikirkannya. Setelah selesai
berimajinasi dengan hal-hal aneh yang aku alami, akupun kembali ke ruang tengah
untuk ikut berkumpul. Tiba-tiba…. Gedung apartemen ku bergoyang. Aku langsung
berlari ke ruang tengah sambil berteriak “Gempa woyy, gempaa kaborr” namun yang
terjadi adalah tubuh ku yang terasa sangat lemah, berjalan saja rasanya berat dan
tidak ada suara yang bisa keluar dari mulut ini. ‘kenapa nih, kok gua gabisa bersuara. Malah lemes banget nih kaki. Duh..
pusing, pusingg banget’ Kepala ku ikut berputar-putar, namun tidak seirama
dengan goncangan gedung ini. Karna tidak kuat lagi, aku pun terjatuh dan
terlelap(mungkin pingsan kali ya).
‘hmm.. aroma enak apa ini’ Akupun terbangun karena mencium aroma yang
sangat harum. Seperti aroma roti dengan daging ayam dan daun bawang yang
dibakar dengan sempurna dan di taburi dengan biji wijen. ‘ughh.. laper:(‘. aku kira sekarang sudah ada dirumah sakit karna
gempa yang sebelumnya, namun ternyata, aku ada di gubuk!. Ya!! ini gubuk yang
sama dengan mimpi ku. Terlihat dari kasur yang hanya terbuat dari bulu jerami
dan ditutupi kain seadanya, lalu tembok yang terbuat dari kayu oak tua
sepertinya, dan tidak lupa perapian yang… tunggu sebentar, Perapian itu masih
mengeluarkan asap seperti habis dinyalakan tadi malam. Itu artinya ada orang
yang habis dari rumah ini, atau ada orang yang juga terbangun dirumah ini sama
seperti ku. Tanpa berfikir panjang, aku pun langsung . . . . . .
Continue at Chapter 7 ---> Click Me!
0 Pesan para tamu:
Post a Comment